Nuzulul Qur’an dan Peringatan Syuhada’ Badr bersama Syekh Rif’at Fauzi dan Syekh Jamal Faruq; Kita Harus Meneladani Semangat dan Kegigihan Ahli Badr

waktu baca 4 menit
Jumat, 29 Mar 2024 16:33 0 15 Veda Najech

ansormesir.org-Kamis (28/3) PC MDS (Majelis Dzikir dan Shalawat) Rijalul Ansor Mesir, Bidang Sosial dan Budaya PCI Fatayat NU, dan JQH NU Mesir bekerjasama untuk mengadakan Peringatan Malam Nuzulul Qur’an dan Syuhada’ Badr sekaligus buka bersama. Acara ini diisi dengan pembacaan kitab Sahih Bukhari bab Salat Tarawih dan Lailatul Qadar oleh Prof. Dr. Rif’at Fauzi. Beliau juga memberikan Ijazah Ammah Kitab Bukhari untuk seluruh hadirin. Acara ini juga turut menghadirkan Prof. Dr. Jamal Farouq sebagai pembicara dalam peringatan Syuhada’ perang badar.

Acara ini digelar untuk mengingat kembali sunnah-sunnah yang telah diajarkan para masyayikh NU dalam setiap perayaan hari-hari penting islam. Sebelum majelis dimulai, para hadirin menghadiahkan ayat-ayat Al-Qur’an untuk dihadiahkan kepada orang-orang yang telah mendahului kita dan kepada orang-orang yang sedang mendapat ujian dari Allah. Antusias para hadirin membuat acara ini begitu khidmat dan penuh ketenangan. Ayat demi ayat, doa demi doa seiring waktu dipanjatkan sembari menunggu masyayikh yang akan hadir dalam acara ini.

Usai pembacaan ayat-ayat, acara semakin khidmat dengan kedatangan Prof. Dr. Rif’at Fauzi dengan pembacaan Shahih Bukhari Bab Salat Tarawih oleh Agus Achmad Sahal selaku ketua MDS Ansor Mesir dan Malikah Balqis dari Fatayat. Dalam majelis tersebut Prof. Dr. Rif’at Fauzi turut membacakan sebuah hadis shahih Nabi Saw yang berbunyi:

مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً، فَلَهُ أَجْرُهَا، وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ، وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ

“Barangsiapa yang membuat kebiasaan baik dalam Islam maka dia akan memperoleh pahala dan pahala orang yang mengikutinya, dengan tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa yang membuat kebiasaan buruk dalam Islam maka ia akan mendapatkan dosa dan dosa orang yang mengikutinya, dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun” (HR Muslim).

Secara tidak langsung, kita merasa terpanggil akan hadis tersebut untuk selalu melestarikan sunnah-sunnah yang diajarkan oleh para masyayikh NU sejak dahulu hingga sekarang. Dari sini kita diharapkan untuk menambah rasa cinta kita kepada para guru kita yang telah mengajarkan kebaikan-kebaikan dan mengenalkan ajaran-ajaran kenabian dari zaman ke zaman agar pahala mereka selalu mengalir meskipun telah mendahului kita sebagai rasa terimakasih. Sebagaimana perkataan para ulama’:

لولا العلماء ما عرفت الأنبياء، ولولا المربي ما عرفت ربي

“Kalau bukan para ulama maka aku tidak akan mengenal anbiya (para nabi) dan kalau bukan murabi (guruku) maka aku tidak akan mengenal tuhanku”.

Selesai pembacaan Shahih Bukhari dan pengijazahan dari Prof. Dr. Rif’at Fauzi, majelis semakin bernuansa penuh kerahmatan dengan taujihat Prof. Dr. Jamal Farouq tentang para syuhada’ perang badar. Bagi para ahli ilmu, perang badar merupakan peristiwa agung sekaligus pertolongan Allah yang sangat nyata terhadap agama Islam. Pasukan perang muslimin yang berjumlah 313 dapat menggulingkan pasukan orang-orang kafir yang berjumlah ribuan. Jika merenungkan peristiwa ini, kita harus merasa tenang akan janji Allah bagi para pejuang di jalan-Nya. Sebagaimana firman Allah “Jika kalian menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kalian”.

Kisah para syuhada di perang badar tersebut disebutkan oleh Ibn Faridh dalam salah satu bait syairnya, mengkiaskanya dengan jihad para sufi. Bagi para sufi jihad di jalan Allah yang paling tinggi adalah jihad melawan hawa nafsu. Sehingga bagi mereka yang berhasil mengalahkan nafsunya, membimbingnya ke perkara kebaikan, akan mendapat hadiah dari Allah berupa taufik. Ibn Faridh mengatakan:

فلْيَصْنَع القوم ما شاؤوا بأنفسهِم

هم أهلُ بدرٍ فلا يخشونَ من حرَجِ

Biarkan kaum melakukan apa yang mereka inginkan sendiri

Mereka adalah kaum Badar, maka mereka tidak takut terpuruk

 

Prof. Dr. Jamal Farouq mengatakan bahwa bait ini tidak bisa dimaknai secara lafadz saja. Maksud syair Ibn Faridh bukanlah ahlu badr diberi kebolehan untuk melakukan segala hal sehingga melupakn ajaran-ajaran Allah mengenai perkara-perkara haram. Bait ini menjelaskan bahwa Allah telah memberikan hadiah, piagam bagi mereka yang berupa taufik. Allah telah mengetahui bahwa mereka tidak akan jatuh kedalam kemaksiatan dan Allah telah menjagakan mereka untuk terjerumus kepada kemaksiatan, serta diampuni dari dosa-dosa yang telah lampau.

Kemuliaan para syuhada dalam perang ini telah banyak disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi saw. Untuknya, kita perlu meneladani kegigihan mereka untuk kita implementasikan dalam jihad pribadi melawan hawa nafsu agar mendapatkan taufik dari Allah seperti halnya para syuhada’ dalam perang badar tersebut.

Acara ini berjalan dengan lancar. Diikuti kurang lebih 96 warga nahdliyyin. Dan acara ini ditutup dengan buka bersama.

Reporter: Veda Dhiya’ulhaqqi

Jangan lupa baca Kabar selengkapnya tentang Ansor di Kolom Kabar.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA