ansormesir.org-“Tantangan dan Peta Dakwah di Indonesia” menjadi tema pada pertemuan yang dilaksanakan pada senin sore waktu Kairo. Bertempat di Auditorium KAHHA Darosah, PCINU Mesir beserta banomnya PC GP Ansor dan PCI Fatayat menggelar sarasehan dan dialog interaktif dengan salah satu tokoh terkemuka di Indonesia. Beliau adalah Habib Ahmad bin Novel bin Salim bin Jindan, salah satu pendiri Yayasan Al-Fachriyah di Jakarta. Acara ini diselenggarakan mulai pukul 14.30 dan dihadiri beberapa pengurus harian PCINU Mesir mendapat antusias yang begitu besar dari warga nahdliyin. Terbukti ketika shalat ashar ditunaikan, aula sudah dipenuhi dan disesaki oleh jamaah yang ingin berjumpa dan beristifadah pada beliau.
Sebelum acara resmi dimulai, hadrah annahdlah mengawali rangkaian dengan melantunkan nasyid dan membaca maulid Simth al-Duror beserta mahalul qiyamnya. Setelah selesai, kebetulan tamu undangan Habib Ahmad besera rombongan hadir dan memasuki auditorium, hingga duduk Bersama di tengah-tengah kita. Sahabat Afifurahman selaku pembawa acara langsung mempersilahkan sambutan untuk ketua tanfidziyah terpilih, yaitu bapak H. Faiz Husaini, Lc., MA. Dalam sambutannya, Yai Faiz menyampaikan permohonan bimbingan dan arahan kepada beliau habib ahmad bin jindan. Hal demikian dilakukan supaya warga nahdliyin khususnya dan semua mahasiswa pada umumnya tidak merasa bingung dan bimbang dalam menentukan arah nanti saat pulang di tanah air.
Kemudian, acara diteruskan dengan taujihat, sarasehan dan dialog Bersama Habib Ahmad bin Jindan. Pada permulaan beliau menceritakan bahwasanya sudah menetap di Mesir selama 10 hari dan akan menuju bandara untuk pulang ke tanah air. Sebelum ke Mesir beliau sempat berpamitan ke Mesir kepada guru beliau dan menitipkan salam kepada semua yang ada di sini. Lalu beliau Habib Ahmad bin Jindan menghaturkan salam tersebut kepada para masyayihk azhar, habaib dan para mahasiswa al-Azhar.
Dalam sarasehanya, belaiu menuturkan bahwa kita adalah umat yang paling baik diantara umat lain. Bahkan para nabi sebelum nabi kita iri terhadap umat nabi Muhammad yang saking mencintai, saling peduli, dan saling perhatian. Bahkan diceritakan bahwa ahl al-hubb dia akan disediakan singgasana yang terbuat dari cahaya disurga nanti. Beliau juga menambahi bahwa kalian sangat beruntung bisa dapat ulama banyak orang sholih, ulama besar, habaib, bahkan ulama-ulama yang sudah wafatpun sangat banyak bertebaran dibumi ini. Maka manfaatkan dan gunakanlah kesempatan itu sebaik mungkin, sebab itulah yang akan menjadi keistimewaan kalian nanti. Kalian seakan-akan ada ditengah harta karun, sebenarnya saya juga iri kalobukan karna tanggungan dan kewajiban saya ditanah air untuk mengasuh pondok saya akan belajar dan menuntut ilmu di Mesir, bahkan hal ini sudah saya sampaikan ke Habib Ali al-Jufri.
Beliau kemudian bercerita pada salah satu wali dari Yaman al-Habib Abdullah al-Haddad. Bahwa ketika beliau mondok dulu selalu diterpa dan berhadapan dengan kesusahan, berbeda dengan kita di zaman sekarang ini yang serba ada. Bahkan bukan hanya beliau saja yang ditimpa kesusahan saya dan guru-guru saya dahulu ketika masa mencari ilmu juga selalu dalam situasi seperti ini. Ibu saya ketika dulu saya pertama kali mau berangkat ke Tarim umur 13 tahun berpesan, “jangan putus asa nak”. Kalimat itulah yang selalu jadi pedoman saya dan saya ingat-ingat betul pesan ibunda saya.
Kita di Indonesia sebenarnya tak kalah dengan ulama-ulama di timur tengah lainya. Indonesia bisa bersaing dengan mereka bahkan suara kita terdengar hingga ke sini. Kita contohkan misalnya seperti Syekh Arsyad al-Banjari, Syekh Abdusshomad al-Jawi, bahkan ada Syekh Yasin al-Fadani yang dikenal sebagai musnid al-dunya. Pesan saya diakhir pertemuan ini, penuhilah kejujuran kalian kepada allah, kalian sadari betul itu dan penuhi janji-Nya.
Kemudian memasuki sesi pertanyaan, ada salah satu penanya menuturkan bahwa apa Langkah kita sebagai alumni Timur Tengah yang ingin berkhidmah dan memasuki elemen masyarakat dan bagaimana pula cara kita memberdayakan ilmu kita kepada mereka. Kemudian Habib menimpali bahwa ini adalah pertanyaan yang bagus, Langkah pertama ketika kalian pulang adalah menikah. Karena itu adalah benteng kalian supaya tidak terjerumus dalam dosa. Kedua, ketika kalian pulang rutinitas yang kalian dawamkan disini hendaknya terus dilangsungkan ketika pulang. Yakni tetap belajar, tetap membaca alquran, ataupun aurod. Karena pada dasarnya ritunutas yang ada di pondok dulu bukan sekedar aturan semata, namun sketsa dan pola kehidupan supaya kita tidak terlalu melenceng dan tetap menjalankan kehidupan sesuai koridor agama. Ketiga, manfaatkan betul waktu dan kesempatan kalian untuk belajar, karena yang kalian miliki disini adalah kunci sedangkan isinya akan kalian temui jika kalian terus belajar dan mengasah diri di tanah air nanti. Dan yang keempaat, dalam ranah dakwah jadikanlah diri kita sebagai panutan baik terlebih dahulu, sebelum kita mendakwahkan kemasyarakat, karena masyarakat akan menilai dari segi itu jadi diri kita mestinya harus diperbaiki dulu dengan menjadi panutan yang baik.
Kemudian di akhir, beliau mengijazahkan hadtis musalsal bi al-mahabbah, yang beliau bacakan sendiri matan beserta sanad-sanadnya hingga kepada kekek beliau sendiri Nabi Muhammad SAW. dan acarapun ditutup dengan pembacaan doa hingga sholat maghrib berjamaah.
Reporter: Izza Ulinnuha
Baca juga berita lainnya di Rubrik Kabar ya!
Tidak ada komentar