Dalil Kesunahan Tadarus Al-Qur’an Bersama di Masjid

waktu baca 3 menit
Rabu, 6 Apr 2022 16:57 0 11 Ansor Mesir

ِAnsormesir.org–Membaca Al-Qur’an merupakan ibadah yang memiliki banyak keutamaan. Di antara keutamaannya adalah ketika membaca satu huruf dalam Al-Qur’an, seorang muslim akan mendapatkan sepuluh kebaikan. Keutamaan membaca Al-Qur’an ini akan semakin berlipat ganda manakala dibaca pada bulan Ramadan. Sehingga tidak mengherankan apabila kaum muslim di bulan Ramadan sangat antusias untuk membacanya, baik secara sendirian atau secara bersama-sama di masjid.

Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda:

عن أبى هريرة رضي الله عنه أن رسول الله−صلى اللّه عليه−قال من قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه. صحيح البخاري، رقم: 1870

Dari Sahabat Abi Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah Saw. Bersabda: “Barang siapa yang memeriahkan bulan Ramadan dengan ibadah, (dan dilakukan) dengan penuh keimanan dan keikhlasan, maka akan diampuni segala dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari: 1870)

Tentang apa yang dimaksud dengan memeriahkan malam bulan Ramadan yang ada dalam hadis di atas, Imam Ash-Shan’ani dalam kitabnya Subûl al-Salâm menjelaskan:

(قيام رمضان أي قيام لياليها مصليا أو تاليا. (سبل السلام, ج 2 ص 173

“Yang dimaksud dengan qiyâm Ramadan (dalam hadis itu) adalah mengisi dan memeriahkan malam bulan Ramadan dengan melakukan salat atau membaca Al-Qur’an.” (Subûl al-Salâm, juz II, hal. 173)

Maka sudah jelas, bahwa membaca Al-Qur’an pada malam bulan puasa itu sangat dianjurkan oleh Islam. Kemudian bagaimana jika hal itu dilakukan secara bersama-sama? Semisal satu orang membaca Al-Qur’an, sedang yang lain mendengarkan serta memperhatikan bacaan orang tersebut? Menjawab pertanyaan ini Syekh Nawawi Al-Bantani mengatakan:

فمن التلاوة المدارسة المعبر عنها باللإدارة وهي أن يقرأ على غيره ويقرأ غيره عليه ولوغير ما قرأه الأول

(نهاية الزين، ص. 195-194)

“Termasuk membaca Al-Qur’an (pada bulan Ramadlan) adalah mudârasah, yang sering disebut pula dengan idarah. Yakni seseorang membaca pada orang lain. Kemudian orang lain itu membaca pada dirinya. (Yang seperti ini tetap sunah) sekalipun apa yang dibaca (orang tersebut) tidak seperti yang dibaca orang pertama.” (Nihâyah az-Zayn, hal. 194-195)

Bahkan ternyata, praktik seperti ini pernah dilakukan Rasulullah SAW bersama Malaikat Jibril. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA disebutkan:

عن ابن عباس أن رسول الله −صلى اللّه عليه− كان من أجود الناس وأجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل يلقاه كل ليلة يدارسه القرآن فكان رسول الله−صلى اللّه عليه−حين يلقاه جبريل أجود من الريح المرسلة. مسند أحمد، رقم: 3358

“Diriwayatkan dari Sahabat Ibnu Abbas RA sesungguhnya Rasulullah SAW adalah orang yang paling pemurah. Sedangkan waktu yang paling pemurah bagi beliau adalah bulan Ramadan. Yaitu pada saat Malaikat Jibril mengunjungi Rasulullah SAW setiap malam bulan Ramadlan, lalu melakukan mudarasah Al-Qur’an dengan beliau. Maka ketika dikunjungi malaikat Jibril, Rasulullah SAW jauh lebih pemurah daripada angin yang berhembus.” (Musnad Ahmad: 3358)

Dari sini dapat disimpulkan, bahwa tadarus yang dilakukan di masjid atau mushala pada malam bulan Ramadan tidaklah menjadi bidah yang tidak memiliki dasar dalam syariat Islam. Bahkan ia merupakan perbuatan yang sangat baik, karena ia sesuai dengan tuntunan dan ajaran Nabi Muhammad SAW. Jika dirasa perlu menggunakan pengeras suara, agar menambah syiar agama Islam, maka hendaklah diupayakan seperlunya saja. Jangan sampai syiar tersebut justru mengganggu waktu istirahat orang lain dan membuat citra Islam menjadi buruk, karena abai terhadap lingkungannya.

Selain telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, amaliah ini juga telah dicontohkan oleh para ulama salaf.

اعلم أن قراءة الجماعة مجتمعين مستحبة بالدلائل الظاهرة وأفعال السلف و الخلف المتظاهرة… وروى ابن أبي داود أن أبا درداء كان يدرس القرأن معه نفر يقرؤون القرآن جميعا

Ketahuilah, bahwa pembacaan Al-Qur’an oleh sekelompok orang secara bersama-sama merupakan amaliah yang disunahkan. Sesuai dengan dalil-dalil yang nyata dan merupakan perbuatan ulama salaf dan khalaf… Ibnu Abi Dawud meriwayatkan bahwa Abu Darda` bertadarus Al-Qur’an bersama dengan sekelompok orang secara berjamaah.

Dari dalil ini, kita dapat mengambil kesimpulan tentang betapa kuatnya dalil membaca Al-Qur’an secara berjamaah. Karena setelah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, para ulama pun berbondong-bondong melakukannya. Adapun teknis pelaksanaan amaliah ini di dalam masjid, tentunya semakin menambah nilai keutamaannya. Wallâhu a’lam.

Artikel ini ditulis oleh tim kepenulisan Departemen Keilmuan dan Ideologi PC GP Ansor Mesir masa khidmat 2019/2021.

Baca juga EssaiOpini dan Sastra dalam rubrik Selasar.

Ansor Mesir

Admin Website Ansor Mesir

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA