ansormesir.org-Pada edisi kali ini, Shaut al-Azhar masih dengan komitmennya menyuarakan perdamaian dunia sekaligus tegak lurus membela hak-hak warga Palestina yang terzalimi. Pada halaman kedelapan, Imam Besar Al-Azhar Prof. Dr. Ahmad Thayyib menegaskan bahwa dirinya turut merasa tersakiti dengan segala penderitaan yang dialami warga Palestina, khususnya di Gaza. Di tengah upaya perdamaian melalui diplomasi, Amerika Serikat sudah tiga kali menggunakan hak vetonya untuk menggagalkan hasil pemungutan suara negara-negara anggota PBB guna menghentikan Zionis Israel atas tindak genosidanya di Palestina. Tentu kita kecewa atas kegagalan PBB ini. Reaksi kekecewaan itu tidak hanya muncul dari Palestina atau negara muslim lainnya, tapi juga dari seorang tentara Angkatan Udara Amerika Serikat, Aaron Bushnell. Prajurit berusia 25 tahun melakukan aksi bakar diri di depan Kedutaan Israel di Washington DC sebagai wujud penolakan atas genosida di Palestina.
Pada halaman kelima, Al-Azhar menegaskan dukungannya dengan mengirim tiga kloter bantuan ke Gaza dengan total 1.500 ton barang bantuan kemanusiaan yang terdiri dari berbagai macam kebutuhan pengungsi. Sejalan dengan itu, pada halaman kesepuluh Presiden Brazil Lula da Silva secara mengejutkan mengambil tindakan yang mencengangkan dunia. Setelah Silva dan Presiden Argentina Javier Milei mengunjungi tembok ratapan Israel beberapa waktu lalu, ia mengambil tindakan fenomenal dengan mengusir duta besar Israel di negaranya dan menarik Duta Besar Brazil dari Tel Aviv. Tindakan itu sebagai bentuk dukungan atas Palestina, setelah Silva dengan kepala sendiri melihat perlakuan zionis pada Palestina. Hal ini menjadikan Brazil negara Amerika Latin pertama yang secara terang-terangan menyatakan kontra pada Israel secara tindakan.
Masih di halaman kesepuluh, Observatorium al-Azhar merilis hasil penelitiannya tentang kuatnya sentimen kebencian Orang Israel pada Palestina. Setelah beberapa tahun melakukan riset, ternyata metode pembelajaran di sekolah merupakan senjata Israel mendoktrin rakyatnya. Dalam kurikulum sekolah maupun perguruan tingginya, Israel menanamkan dogma bahwa Bangsa Israel merupakan ras pilihan yang telah dipilih tuhan dan dijanjikan oleh-Nya untuk menempat Tanag yang telah dijanjikan yaitu wilayah Palestina. Mereka memalsukan sejarah asli Palestina dan tanahnya sehingga rakyatnya tidak pernah tahu bahwa secara historis-konstituen tanah itu merupakan milik Bangsa Arab Palestina sejak ribuan tahun lalu. Rasa bangga yang berlebih itu juga membuat mereka merasa superior atas Palestina sehingga mudah membenci Palestina tanpa alasan yang masuk akal.
Beralih ke halaman kedua, terdapat pembahasan khusus terkait perkembangan tekonologi yang sedang serius digalakkan Al-Azhar. Fakultas Teknik Universtas al-Azhar baru saja menyelenggarakan Konferensi Internasional ke-16, dengan mengangkat tema ‘Aplikasi Instlalasi Teknik Modern dan Kecerdasan Buatan dalam Efisiensi Mesin’. Ada 65 paper yang dipresentasikan dalam 10 sesi selama dua hari. Hal ini sejalan dengan visi Mesir 2030 untuk menjadi sentral pengembangan teknologi Kawasan Afrika dan menjadi negara berbasis kecerdasan buatan untuk fasilitas publik. Senada dengan itu, Dr. Muhammad ad-Dhuwaini Wakil Syaikh al-Azhar menyatakan perencaan pengembangan teknologi merupakan langkah strategis untuk memajukan peradaban Islam di tengah gempuran hegemoni Barat.
Kembali ke halaman kesepuluh, dalam Rubrik Kunûz ar-Riwâq as-Syawwam Sayyid al-Khimar meuliskan salah seorang tokoh palestina yaitu Husein ad-Dajani. Sejak 27 Januari 1873 M, mulai gencar pengiriman pelajar Palestina ke Al-Azhar oleh beberapa keluarga terkemuka dan akedemis, di antara keluarga ad-Dajani, yang pertama kali diberi mendapat panggilan itu Ahmad bin ‘Ali ‘Alauddin. Keluarga ad-Dajani tinggal di Daerah Jaffa yang sekarang menjadi ibu kota Israel yaitu Tel Aviv. Husein lahir pada Februari 1787 M dan merupakan kawan sejawat tokoh pemikir besar Rifa’ah at-Thanthawi. Husein sebagaimana kebanyakan putra ad-Dajani masa itu merupakan cendikiawan yang multidisipliner dan memiliki kecintaan yang kuat pada ilmu pengetahuan. Karangan beliau sangat banyak di antaranya al-Manhal as-Syaâfi fî Syarh al-Kâfi, al-Fatawâ al-Husainiyah, at-Tahrîr al-Fâiq ‘alâ Syarh at-Thâi as-Shagîr li Kanz ad-Daqâiq dan masih banyak lagi. Selain seorang intelektual dan Mufti, Husein juga merupakan seorang ahli tasawuf dengan aliran Ahmadiyah Badawiyah.
Selain tulisan-tulisan yang sudah diresensi, ada juga warta mengenai event Putri Azhar di Madinat al-Bu’uts al-Islamiyah, rubrik baru ‘Qudwah’ pada halaman keempat, Esai bertema kerancuan konstitusi Palestina, program pengajian Ramadan al-Azhar pada halaman ketiga, opini masa depan Gaza di penghujung surat kabar dan masih banyak lagi. Demikian resensi singkat edisi kali ini, semoga dapat membawa manfaat serta menumbuhkan rasa cinta pada al-Azhar dengan cara lebih mengenal gerakan perdamaian al-Azhar. Sampai jumpa di edisi selanjutnya, ya!
Penulis: Al-Fayyadh Maulana
Versi lengkap Surat Kabar Shaut al-Azhar edisi 1256 bisa diunduh di bawah ini
Shautal-Azhar1256.pdf
Jangan lupa baca tulisan menarik lainnya di Rubrik Mimbar dan Selasar!
Tidak ada komentar