Ansormesir.org—Mayoritas umat muslim ketika menjelang datangnya bulan Ramadan, umumnya akan menyambut dengan penuh syukur dan bersemangat, bagaimana tidak? Dua bulan sebelumnya mereka telah menanti-nanti supaya bisa menjumpai bulan mulia ini. Ya, mereka berdoa sebagaimana doa yang diajarkan oleh Nabi SAW; “Allâhummâ bârik lanâ fî rajaba wa sya’bâna wa ballighnâ fî ramadhâna”. Doa tersebut seakan-akan menjadi harapan sekaligus penghubung asa mereka untuk menjumpai bulan suci ini.
Penyambutan bulan Ramadan di Indonesia beraneka ragam, mulai dari pawai obor, menyalakan petasan, sampai berkeliling kampung bersama-sama guna membangunkan sahur. Di Mesir hampir sama dengan di Indonesia, warga Mesir juga menyambut bulan mulia ini dengan berbagai cara. Misalnya: Didirikannya pasar-pasar jajanan yang menggunakan kain tenda di sepanjang jalan. Di jalan-jalan banyak dijual makanan khas Ramadan seperti kurma, kacang-kacangan dan pernak-pernik khas Ramadan. Adapun tradisi atau adat orang mesir yang umum dijumpai salah satunya adalah:
Tidak spesial rasanya, jika Ramadan di Mesir tidak ada Fanous atau lentera. Iya, lentera yang hanya bisa dijumpai di bulan Ramadan. Umumnya, orang-orang Mesir memasang Fanous di balkon rumah mereka, di pojokan ruangan atau di depan pintu, sehingga wajar sekali jika banyak orang yang menjual Fanous ini, karena identik sekali dengan bulan Ramadan. Asal-usul adanya lentera atau lampion ini, berasal dari zaman dahulu, orang-orang menggunakan alat penerangan untuk pergi ke masjid guna mensyiarkan dan meramaikan malam Ramadan dengan salat tarawih. Menurut sejarah islam dari berbagai sumber, diketahui bahwa di era Dinasti Fatimiyyah, orang Mesir-lah yang menemukan ide memasang lentera , sehingga tradisi ini menyebar luas ke negara-negara Arab khususnya bagian Afrika Utara. Ada juga yang mengaitkan lentera dengan mesaharaty. Mesaharaty adalah istilah orang-orang yang berjaga malam guna membangunkan orang sahur. Supaya tidak terlewat waktu sahur, biasanya mesaharaty ini keliling gang dan kampung membangunkan orang dengan memainkan table (sejenis drum) sembari melantunkan nasyid-nasyid khas Mesir dan selawat .
Zeenat Ramadhan (Pernak-pernik)
Seperti halnya Fanous, Zeenat juga merupakan pernak-pernik khas yang dapat dijumpai saat Ramadan. Zeenat merupakan dekorasi yang dipasang di gang-gang kecil yang dikaitkan dengan tali segitiga dan diikat di balkon dan tiang yang sudah dihiasi dengan balon, bintang, bulan, lampu menyala atau dengan Fanous. Dengan dipasangi Zeenat, suasana jalan menjadi meriah, dan menambah semangat warga.
Jika di Indonesia menggunakan sirine, bedug, atau kentongan untuk menandai waktu buka atau berakhirnya waktu sahur, maka orang-orang Mesir menggunakan meriam. Meriam ini memang hanya dibunyikan saat bulan Ramadan saja. Sejarahnya, kerajaan Mamalik menyalakan meriam saat menjelang waktu maghrib, lalu orang-orang menyangka bahwa hal tersebut merupakan tanda akan masuknya waktu maghrib untuk berbuka. Hingga saat ini, meriam masih terus dinyalakan untuk menandakan waktu tersebut.
Maidaturrahman (hidangan berbuka)
Tradisi mesir yang tidak bisa lepas dan tidak bisa ditinggalkan adalah Maidaturrahman. Orang-orang (muhsinin) berlomba-lomba untuk menyajikan hidangan berbuka puasa, atau yag sering disebut Maidaturrahman. Sama seperti takjil gratis di Indonesia, Maidaturrahman juga dihidangkan komplit, mulai dari aneka buah, macam-macam makanan berat hingga minuman yang sangat banyak. Orang Mesir sendiri banyak yang menyediakan Maidaturrahman sehingga banyak sekali kita menjumpai di setiap gang.
Alhamdulillah, bulan Ramadan baik di mesir atau di Bumi Pertiwi sama-sama nikmat. Mayoritas masyarakat menyambut dengan berbagai cara yang unik dan khas, serta memiliki nilai moral dan filosofi yang tinggi. Semua orang merasakan kebahagiaan dengan caranya masing-masing, seakan mereka mengharapkan Ramadan selalu ada di setiap hari tanpa terkecuali.
Tidak ada komentar