Ansormesir.org-Edisi ini terbit pada 23 Syakban 1444 H (19 Maret 2023), yang juga bertepatan dengan 13 tahun masa khidmah Prof. Dr. Ahmad Ath-Thayyib menjadi Grand Imam Al-Azhar Asy-Syarif. Begitu banyak prestasi yang beliau torehkan. Al-Azhar di bawah kepemimpinan beliau, telah banyak menjadi juru perdamaian dunia. Di Mesir sendiri, Al-Azhar sukses mengawal negaranya dalam masa-masa yang sulit, khususnya tiga tahun belakangan ini.
Pada momentum 13 tahun masa khidmah Grand Imam Al-Azhar, Shaut Al-Azhar menghadirkan 100 karakteristik pandangan Syekh Ahmad Ath-Thayyib yang tertuang dalam berbagai kebijaksanaan beliau selama menjadi Grand Imam Al-Azhar. Di antaranya: Pertama, Al-Azhar adalah institusi yang mengikuti mazhab Imam Asy’ari dalam akidah, selalu berupaya menebar perdamaian, senantiasa moderat dalam beragama, serta terus berupaya meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat. Kedua, Golongan Asya’irah tidak menisbahkan akidahnya pada hadis-hadis ahad sebagaimana perkara keimanan, tidak disandarkan kecuali pada dalil yang kokoh. Karakteristik selanjutnya dapat diakses di sini 100 karakteristik.
Selanjutnya, pada halaman kelima terdapat liputan Seminar Parenting dan Keperempuanan yang diselenggarakan di Masjid Al-Azhar. Acara ini dihadiri lima orang narasumber yang luar biasa, di antaranya adalah Dr. Ilham Syahin, Asisten Jenderal Majma’ Al-Buhuts Al-Islamiyah dan Dr. Faridah Budi, kepala jurusan Balaghah Fakultas Dirasat Islamiyah wa Al-Arabiyyah. Dr. Syahin menjelaskan penegasan hak dan kewajiban adalah salah satu kunci kerukunan dalam rumah tangga. Senada dengan itu, Dr. Faridah menambahkan, bahwa rasa cinta adalah fondasi paling dasar dalam membangun keluarga.
Pada halaman ke-empat belas, Rubrik ‘Ailah Al-Azhariyyah menghadirkan tokoh yang sangat masyhur bagi kita, yakni Syekh Ibrahim Ad-Dasuqi. Beliau dilahirkan di daerah Dasuq pada Maret 1811 M. Pada pembahasan kali ini, kita dihadirkan sisi lain dari sosok Syekh Ibrahim Ad-Dasuqi. Selain seorang ulama tasawuf yang masyhur, beliau adalah seorang maestro di bidang teknik, medis, astronomi, sampai matematika. Beliau merupakan murid dari Syekh Mustafa Al-Bulaqi, seorang ulama yang juga ahli dalam berbagai ilmu sains dan juga Syekh Rifa’ah al-Thantawi, seorang aktifis feminisme. Syekh Ibrahim Ad-Dasuqi juga tercatat pernah mengajar ilmu mekanika, kimia, geologi, di Madrasah Abu Za’bal, pada tahun 1832, sekaligus penyusun kurikulum di sana. Terakhir, Syekh Ibrahim Ad-Dasuqi juga berkawan dengan beberapa orientalis seperti Lane, Frensel, dan Edward Wiliam. Hal itu menunjukkan, bahwa Syeikh Ibrahim Ad-Dasuqi merupakan seorang yang mahir berbahasa Inggris.
Sebagai pungkasan, di halaman ke-lima belas, Dr. Aiman Abdul Mu’min, dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Raja Faishal, menjelaskan tentang status kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dalam berfatawa. Pada suatu eksperimen, dia mencoba mengonstruksikan percakapan antara Chat GPT dan NLP (keduanya model AI). Hasilnya kedua AI tersebut mengakui bahwa mereka tidak memiliki kapasitas untuk mengeluarkan fatwa terkait agama. Ini menunjukkan bahwa kita tidak bisa sembarang bertanya dan menerima penjelasan hukum (fatwa) dari internet, bahkan AI sekalipun. Karena mereka bukan ‘ahl al-dzikr’.
Demikian ringkasan dari surat kabar Shaut Al-Azhar edisi kali ini. Meski sangat singkat, semoga dapat menjadi wasilah untuk menambah kecintaan kita terhadap Al-Azhar. Untuk versi lengkapnya di baca di sini ya!
Baca juga tulisan-tulisan menarik lainnya di Mimbar dan Selasar ya!
Penulis : Al-Fayyadh Maulana
Editor: M. Yusron Wafi
Tidak ada komentar