Malam Tirakatan dan Refleksi Kebudayaan; Semangat ’45 Harus Terus Dinyalakan

waktu baca 4 menit
Sabtu, 17 Agu 2024 12:23 0 22 Ziyad Mubarok

ansormesir.org–  Jum’at (16/8), PCINU Mesir mengadakan acara Malam Tirakatan dan Refleksi Kebudayaan dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-79. Acara ini diikuti oleh segenap Lembaga yang berada dibawah naungan PCINU Mesir, meliputi; Ansor, Fatayat, Pagar Nusa, Banser, LTD-PCINU, LBM PCINU dan Lembaga lainnya. Kurang lebih 230 Nahdliyyin Mesir turut meramaikan acara ini yang berlokasi di Nadi Rubu’, Syari’ Muiz, Kairo.

Acara dimulai dengan Muqoddaman bersama oleh anggota PCI JQH NU Mesir dengan harapan Indonesia ke depanya semakin baik, semakin makmur dan semakin jaya. Dimulai dari waktu Asar dan selesai pada waktu Magrib. Kemudian acara dilanjutkan dengan salat Magrib bersama sembari beristirahat menunggu kehadiran para peserta lain.

Setelah itu acara dilanjutkan dengan penampilan dari Grup Rebana Fatayat NU Mesir. Mereka melantunkan beberapa selawat dengan tujuan mengharapkan syafaat dari baginda Nabi Muhammad dan juga untuk kemakmuran Indonesia.

Dilanjut kemudian adalah acara inti dari Malam Tirakatan, yaitu istighosah, tahlil dan doa bersama untuk para pahlawan, syuhada’ dan pejuang yang telah memberikan kemerdekaan untuk bangsa Indonesia ini. Istighosah dipimpin oleh Sahabat Muhammad Syihabuddin Alawi, Lc. Selaku ketua Lembaga Dakwah PCINU Mesir.

Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan maulid Simtudurrar oleh segenap tim rebana marhalah Antariksa. Momen yang paling khidmat dalam acara ini adalah ketika mahallul qiyam. Semua bersama-sama mendoakan Indonesia.

Acara kemudian dilanjut dengan sambutan dari Bapak K.H Faiz Husaini Lc. MA. Dalam sambutanya, beliau menekankan kepada para hadirin untuk senantiasa mengenang jasa dan perjuangan para pahlawan di zaman dahulu. “Nabi mengingatkan kepada kita, untuk senantiasa mengenang jasa para pahlawan dan para pendahulu kita.” Ujar beliau dalam sambutannya.

Beliau melanjutkan, pada malam hari ini kita harus menghadiahkan sebuah hadiah terbaik untuk mereka, para pahlawan, pejuang, mujahid, syuhada’, kiai dan ulama’ yang gugur demi mencapai kemerdekaan NKRI.

“Kita memiliki PR besar untuk saat ini. yaitu membina generasi kita agar bisa menjadi generasi penerus yang baik, yang luar biasa, untuk menjadi generasi emas.” Pungkas beliau.

Selanjutnya, adalah peresmian Forum Nahdliyyin Indonesia Timur, yang mana sebelumnya di PCINU Mesir sendiri sudah ada tiga NU Kultural, yaitu; NU Betawi, NU Sunda, NU Jawa dan NU Sasak. Dan sekarang bertambah satu lagi NU Indonesia Timur yang mewakili kawasan Sulawesi dan sekitarnya. Dan yang dipilih untuk menjadi ketua Nahdliyin Indonesia Timur adalah Muhammad Alim Nur.

Acara dilanjutkan dengan Refleksi Budaya dan Penampilan. Puisi WS Rendra dipilih sebagai penampilan pertama. Puisi WS Rendra terdengar menggelegar seisi ruangan, disambut riuh tepuk-tangan para hadirin, pembawaan yang apik dan penuh pengayatan dari Sahabat Azam membuat pesan dari puisi tersebut tersampaikan dengan sempurna.

Kemudian dilanjutkan dengan Orasi Kebudayaan oleh sahabat Lalu Azmil Muttaqin dengan judul Agama dan Keindonesiaan. Dalam orasinya beliau mengutip penggalan naskah proklamasi yang berbunyi “Dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.” Beliau menjelaskan bahwasanya kemerdekaan itu tidak bisa diraih dengan cara seksama dan dalam tempo singkat. Semuanya akan melalui tahapan-tahapanya yang tak jarang itu menjadi Sejarah kelam Indonesia. Orasi ini diharapkan akan menjadi sebuah anti-tesa dari penggalan proklamasi tersebut.

Pengumuman Juara Lomba Menulis Esai PCINU Mesir menjadi acara selanjutnya. Muhammad Alkautsar Izzudin Mawardi keluar sebagai pemenang juara satu, disusul oleh Jihan Muqoddas dan Miqdad Faruq sebagai juara dua dan tiga.

Acara dilanjut dengan monolog kemerdekaan dari Sahabat Ali Jad Al-Haq. Beliau memerankan seorang cucu yang bertanya kepada kakeknya akan arti kemerdekaan yang sebenarnya.

Pertunjukan Wayang Golek Sunda yang dibawakan oleh Mang Fajar Hamdani dan Mang Otoy menjadi acara yang dipenuhi gelak-tawa, karena penampilan Cepot dengan tingkahnya yang sangat lucu. Mang Fajar juga menjelaskan filosofi dari wayang sendiri yang sering dianggap sebagai suatu keharaman. Dalam pewayangannya juga beliau menjelaskan arti dari pandawara yang dapat diimplementasikan sebagai sebuah rukun Islam.

Kemudan acara dititup dengan penampilan Gambus oleh sahabat-sahabat dari Lesbumi PCINU Mesir. Acara berjalan lancar dan luar biasa. Harapannya dari acara ini dapat menumbuhkan kembali semangat ’45 yang mulai meredup diera modern ini, juga semangat menjaga serta melestarikan kebudayaan Indonesia yang mana sebagai bentuk identitas diri.

Jangan lupa baca rubrik Kabar lainya, untuk info terkini GP Ansor Mesir.

Ziyad Mubarok

Ziyad Mubarok

Seorang pemimpi yang akan terus bermimpi.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA