Dalil Amaliah Salat Tarawih 20 Rakaat

waktu baca 3 menit
Sabtu, 9 Apr 2022 13:08 0 9 Ansor Mesir

ِAnsormesir.org—Di Indonesia, praktik jamaah salat tarawih memiliki dua ragam; ada yang delapan rakaat tarawih, ditambah tiga rakaat salat witir, ada pula yang dua puluh rakaat tarawih ditambah tiga rakaat salat witir. Ragam yang kedua ini adalah ragam yang paling sering dipraktikkan warga Nahdliyin. Ragam tersebut dinilai sebagai ragam yang lebih utama. Karena meskipun kedua ragam di atas telah dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW, ragam kedua-lah yang dipraktikkan secara masif semenjak era para sahabat, yaitu semenjak Khalifah Umar bin Al-Khaththab. Dalam buku Khazanah Aswaja (2016), dijelaskan bahwa ada empat Tabi’in yang meriwayatkan rakaat tarawih 20 rakaat:

 

  1. As-Saib bin Yazid

 

عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيْدَ أَنَّهُ قَالَ: أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابَ جَمَعَ النَّاسَ فِى رَمَضَانَ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ وَعَلَى تَمِيْمٍ الدَّارِيِّ علَى اِحْدَى وَعِشْرِيْنَ رَكْعَةً. يَقْرَؤُوْنَ بِالْمِئِيْنَ، وَيَنْصَرِفُوْنَ عِنْدَ فُرُوْعِ الْفَجْرِ

Dari as-Sa-ib bin Yazid, bahwasanya ia berkata: “Umar bin Al-Khaththab RA telah mengumpulkan umat Islam di bulan Ramadlan dengan imam Ubay bin Ka’b dan Tamim Ad-Dari, dengan 21 rakaat (dalam riwayat lain 23 rakaat). Mereka membaca ratusan ayat-ayat dan baru selesai menjelang Subuh” (HR Baihaqi dalam as-Sunan juz 2 halaman 496, dan Abdurrazaq dalam al-Mushannaf juz 4 halaman 260)

  1. Yazid bin Rauman

 

عَنْ يَزِيْدَ بْنَ رَوْمَانَ قَالَ: كَانَ النَّاسُ يَقُوْمُوْنَ فِيْ زَمَانِ عُمَرَبْنَ الخَطَّابِ فِيْ رَمَضَانَ بِثَلاَثٍ وَعِشْرِيْنَ رَكَعَةً

 

Umat Islam di masa Umar bin Al-Khattab menghidupkan malam-malam di bulan Ramadlan dengan 23 rakaat” (HR Malik dalam al-Muwattha’)

                 

  1. Yahya bin Salid al-Qathan

 

عَنْ يَحْيَ بْنَ سَعِيْدِ القَطَّانِ اَنَّ عُمَرَ بنَ الخَطَّابِ اَمَرَرَجُلاً يُصَلِّي بِهِمْ عِشْرِيْنَ رَكَعَةً

 

“Diriwayatkan dari Yahya bin Said Al-Qathan, bahwasanya Umar bin Al-Khaththab RA memerintahkan seseorang untuk menjadi imam tarawih dengan jumlah 20 rakaat” (HR Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf juz 2 halaman 163)

                                                     

  1. Abdul Aziz bin Rafi’

 

عَنْ عَبْدِ الْعَزِيْزِ بْنِ رَفِيْعٍ قَالَ: كَانَ أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ يُصَلِّيْ بِالنَّاسِ فِى رَمَضَانَ بِالْمَدِيْنَةِ عِشْرِيْنَ رَكْعَةً وَيُوْتِرُ بِثَلاَثٍ

 

“Dari Abdul Aziz bin Rafi, ia berkata: Ubay bin Ka’b menjadi imam salat tarawih pada bulan Ramadlan di Madinah dengan jumlah 20 rakaat ditambah dengan 3 rakaat salat witir.” (HR Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf juz 2 halaman 163)

                                                                                                        

Riwayat para Tabiin ini membuktikan bahwa praktik salat tarawih di Madinah pada saat itu adalah 20 rakaat. Imam At-Tirmidzi dalam kitab Sunan al-Tirmidzi juz 3 halaman 169 juga berkata:

 

وَأَكْثَرُ أَهْلِ الْعِلْمِ عَلَى مَا رُوِيَ عَنْ عُمَرَ وَعَلِيٍّ وَغَيْرِهِمَا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ – صَلّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – عِشْرِيْنَ رَكْعَةً. وَهُوَ قَوْلُ الثَّوْرِيِّ وَابْنِ الْمُبَارَكِ وَالشَّافِعِيِّ. وَقَالَ الشَّافِعِيُّ: وَهَكَذَا أَدْرَكْتُ بِبَلَدِنَا بِمَكَّةَ يُصَلُّوْنَ عِشْرِيْنَ رَكْعَةً

 

“Mayoritas ulama mengikuti riwayat Umar, Ali, dan para sahabat Nabi SAW lainnya, yaitu melakukan salat tarawih sebanyak 20 rakaat. Ini adalah pendapat imam Ats-Tsauri, Ibn Al-Mubarak dan Asy-Syafii. Imam Asy-Syafii pun berkata:  “Beginilah yang saya jumpai di negeri kami Makkah, mereka salat tarawih sebanyak 20 rakaat.”

 

Salat tarawih 20 rakaat sudah ada sejak zaman Khalifah Umar. Hal itu bukanlah sesuatu yang baru yang harus dipertentangkan. Hal itu memiliki landasan hukum yang sangat kuat. Selain itu, dengan bilangan rakaatnya yang lebih banyak, bukankah hal tersebut akan menambah jumlah pahala yang akan diterima oleh orang-orang yang mengamalkannya dalam bulan yang penuh keberkahan itu?

Artikel ini ditulis oleh tim kepenulisan Departemen Keilmuan dan Ideologi PC GP Ansor Mesir masa khidmat 2019/2021.


Salat tarawih 20 rakaat sudah ada sejak zaman Khalifah Umar. Hal itu bukanlah sesuatu yang baru yang harus dipertentangkan. Hal itu memiliki landasan hukum yang sangat kuat. Selain itu, dengan bilangan rakaatnya yang lebih banyak, bukankah hal tersebut akan menambah jumlah pahala yang akan diterima oleh orang-orang yang mengamalkannya dalam bulan yang penuh keberkahan itu?

Baca juga EssaiOpini dan Sastra dalam rubrik Selasar.

Ansor Mesir

Admin Website Ansor Mesir

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA