ansormesir.org– Edisi kali ini terbit pada 30 Syakban 1444 H atau bertepatan dengan 22 Maret 2023. Hadir sebagai sorotan utama, Majma’ al-Buhuts al-Islamiyah menegaskan tidak boleh ada praktik pencampuran agama dalam bentuk apapun. Larangan ini tercantum dalam Al-Qur’an, bahkan dalam kitab suci agama lain. Senada dengan itu, juga tidak diperbolehkan ada pemaksaan dalam keyakinan, semua orang bebas menentukan pilihan agamanya. Adapun pembangunan tempat ibadah agama lain, sama sekali tidak ada kaitannya dengan pencampuran agama, justru ini adalah murni wujud solidaritas kemanusiaan. Narasi dan semangat menjunjung nilai kemanusiaan ini senantiasa digaungkan Grand Imam Ahmad At-Thayyib bersama Paus Fransiskus Vatikan dalam berbagai forum internasional.
Selanjutnya pada halaman keempat, kita disuguhkan nasihat indah tentang puasa. Sebagaimana diketahui bersama, salah satu tujuan ibadah puasa adalah meningkatkan derajat ketakwaan seorang muslim. Dr. Muhammad Abdul Malik (Mantan Wakil Rektor Universitas Al-Azhar) menyampaikan, bahwa predikat ‘muttaqin’ tidak dapat diraih hanya dengan menahan lapar dan dahaga. Seseorang harus benar-benar menjaga seluruh anggota tubuh, panca indra, sampai perasaan dan hati, agar dapat dikatakan bertakwa secara hakikat. Nasihat lain datang dari Dr. Abdul Fattah Al-‘Awwari (Mantan Dekan Fakultas Ushuluddin), beliau mengingatkan, bahwa mendasari ibadah dengan keikhlasan adalah kunci kesuksesan selama bulan Ramadan.
Melompat ke halaman sembilan, kabar gembira datang dari kuliah Al-Ulum. Dr. Salamah Dawud (Rektor Universitas Al-Azhar) resmi membuka laboratorium terpadu pertama di Universitas Al-Azhar. Menurut penuturan Dr. Sayyid Bakri (Dekan Kuliah Ulum), laboratorium ini difungsikan sebagai wadah pengembangan inovasi teknologi, khususnya bagi mahasiswa pascasarjana di bidang teknik, arsitektur, agraria, dan kedokteran. Untuk mewujudkan laboratorium ini, Al-Azhar harus menggelontorkan dana sebesar 15 juta pound Mesir.
Masih di halaman kesembilan, kita diperkenalkan dengan salah satu budaya Mesir saat bulan puasa, yaitu al-masrahati atau para penyair (dengan niat membangunkan orang) waktu sahur. Budaya ini mungkin dikenal sebagai patrol keliling atau kotekan di Indonesia. Di Mesir, kegiatan membangunkan sahur dimulai sejak zaman khalifah Abbasyiah Al-Muntashir Billah. Seorang bernama ‘Anbasah bin Ishaq berjalan kaki dari Kota al-‘Askar, Fustat menuju Masjid Amr bin Ash, Kairo; sambil menyeru, agar warga bangun untuk menyantap sahur. Hal ini pertama kali dia lakukan pada Ramadan tahun 238-242 H. Budaya ini kemudian diteruskan oleh penyair lain, Abu Nuthqah dengan lafaz yang khas “Ishi ya Nayim, wa haddid Dayyim… Qumu ila suhurikum, ja’a ramadhan liyazurukum.” Budaya ini semakin berkembang dan memiliki varian syair beragam. Tidak hanya di Mesir, budaya ini meluas ke Palestina, Maroko, sampai Uni Emirat Arab.
Terakhir, pada halaman kesepuluh, di Rubrik ‘Âilah Al-Azhariyah Al-‘Arîqah terdapat pembahasan mengenai At-Tawânisah Al-Arba’ah (empat tokoh Tunisia di Mesir). Secara historis, hubungan Tunisia dan Mesir sangatlah erat dan tidak bisa dipisahkan, sehingga tidak aneh jika banyak tokoh Tunisia yang berkiprah di Mesir, khususnya Al-Azhar. Empat tokoh Tunisia yang dimaksud adalah Umar At-Tunisi, pada zaman Ali Pasha, Muhammad Umar (murid Syekh Rifa’ah At-Thantawi), Biyrm sorang penyair kenamaan, alumni Madrasah Iskandariyah, dan Muhammad bin Khalifah, pemilik terjemah Protokol Para Tetua Zion.
Sekian ulasan super singkat untuk edisi 1209, semoga dapat menambah khazanah pengetahuan serta kecintaan kita pada Al-Azhar As-Syarif.
Versi lengkap Surat Kabar Shaut al-Azhar Edisi 1209 dapat diunduh di
ShautAzhar1209.PDF
Oleh: Al-Fayyadh Maulana
Editor: Syafil Umam
Jangan lupa baca tulisan menarik lainnya ya di Rubrik Mimbar dan Selasar!
Tidak ada komentar