Akal sebagai Salah Satu Indikator Kemajuan dalam Peradaban

waktu baca 4 menit
Senin, 27 Feb 2023 16:09 0 8 Ansor Mesir

 

ansormesir.org-Dewasa ini, banyak sekali seminar, kajian dan riset yang diselenggarakan. Entah itu lembaga pendidikan formal ataupun nonformal. Hal ini bertujuan guna merepresentasikan kembali indikator manusia sebagai sumber daya dengan potensinya di kehidupan yang berperadaban ini. Terutama di negara-negara maju dan berkembang, tak terkecuali Indonesia. Begitu banyak tokoh agama dan bangsa diundang sana-sini untuk memberikan secarik pandangan dan tetesan pemikiran yang terang serta mencerahkan, sehingga mampu memfokuskan dan menargetkan makna eksistensi manusia dan tanggung jawabnya dalam kehidupan di dunia.

Jika kita boleh menengok ke belakang, manusia yang awalnya ditugaskan oleh tuhan menjadi khalifah di bumi. Kemudian malaikat menentang akan kebijakan tuhan yang ingin menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi. Sedangkan malaikat sudah mengetahui karakteristik dan tabiat manusia; bahwa jika dia dipasarahi sebagai khalifah atau pemimpin di bumi, maka justru mereka akan hancur, saling bercerei-berai, dan saling membunuh. Namun demikian, tuhan mengatakan pada malaikat bahwa, “Aku lebih tahu dari apa yang kamu ketahui”.

Sejak awal penciptaan, manusia memang sudah diragukan  akan tanggungjawabnya sebagai khalifah. Sehingga tak perlu heran jika nantinya menimbulkan kerusakan, nyatanya prediksi malaikat memang benar adanya. Di mana-mana terjadi partumpahan darah, perebutan kekuasaan, pemerkosaan, serta perbuatan keji lainya. Artinya manusia masih belum mampu dan belum bisa dikatakan sebagai khalifah atau pemimpin yang ideal. Namun demikian, apakah benar kredibilitas manusia dan tanggungjawabnya hingga kini masih dianggap tidak mampu menyandang status khalifah? Sementara diluar sana masih ada saja kasus pembunuhan dan perbuatan keji lainya? Ini menarik untuk dibahas.

Nabi Adam adalah manusia pertama yang diturunkan ke bumi sebagai utusan tuhan untuk menjadi khalifahNya. Tidak hanya itu saja, dia juga dibebani untuk memakmurkan manusia. Hal ini terus berlangsung hingga anak cucunya sampai sekarang. Artinya kewajiban memakmurkan bumi bukan berhenti pada Nabi Adam saja, tapi taklif dan khitab itu berlanjut pada kita hingga  keturunan-keturunan dan berakhir dengan datangnya hari kiamat. Dan sungguh betapa sayangnya tuhan kita, sebelum Nabi Adam diturunkan Allah SWT telah memberi bekal berupa ilmu atas segala hal. Sehingga beban dan tanggung jawab yang diberikan kepada nabi Adam dan anak cucunya akan terasa ringan. Dengan pemberian ilmu tersebut maka beban tidak akan terlalu berat  atau susah, karena tuhan telah meminimalisirnya. Inilah salah satu bukti tuhan memilih manusia menjadi khalifah di bumi, bukan malaikat.

Namun demikian apakah letak manusia sebagai khalifah beserta tanggung jawab untuk memakmuran bumi sampai disini saja? Tentu tidak, peradaban dari zaman dahulu hingga zaman sekarang terus mengalami perubahan. Manusia dituntut untuk terus mengikuti zaman dan mempertanggung jawabkan kemakmuran, salah satunya dengan peradaban. Jika kita hanya merasa cukup dari ilmu yang telah tuhan berikan, tentu kita akan kesusahan dan akan menuai banyak problem. Bagaimana tidak? Setiap hal dan setiap masanya, perubahan dan pembaharuan terus terjadi. Jika manusia mampu mengoptimalkan potensi dirinya, potensi akal yang diberi tuhan kepadanya, serta benar-benar mampu memanfaatkan sumber daya alam yang berlimpah ruah, maka bukan tidak mungkin manusia akan mampu mengemban amanah berat ini. Guna memakmurkan bumi, mensejahterakannya, dan memberdayakan nikmat yang telah Allah SWT anugerahkan kepada manusia. Sehingga layak jika manusia disebut sebagai makhluk paling mulia dan paling sempurna penciptaanya. Hal ini agaknya selaras dengan ayat Al-Qur’an yang terkandung dalam beberapa surah.

Artinya dengan cara pemberdayaan manusia terhadap akalnya, kita bisa berharap bahwa peradaban mampu diemban. Sehingga tugas untuk memakmurkan bumi ini bisa tercapai dengan adanya kesadaran manusia dalam membangun sebuah peradaban dan mempergunakan akal dengan sebaik-baiknya. Hanya manusia saja yang diberi nikmat akal oleh tuhan. Sehingga sejak permulaan dia diutus sebagai khalifah, dia bisa diberi amanat untuk memakmurkan bumi. Mustahil jika manusia menghendaki untuk membangun sebuah peradaban dan memajukannya namun tidak bisa memberdayakan akal dengan sebaik mungkin. Sehingga peran akal dalam kehidupan manusia penting sekali pengaruhnya. Sehingga hal ini pula yang menjadikan manusia diangkat derajat dan martabat dihadapan Tuhannya. Berbeda dengan makhluk lain, yang diciptakan tanpa akal; seperti hewan yang kehidupanya didedikasikan untuk keperluan dirinya sendiri dan malaikat yang diciptakan hanya untuk taat kepada perintah Tuhannya.

Silakan baca juga tulisan lainnya di Rubrik Mimbar dan Selasar !

Oleh: Izza Ulinnuha

Editor : Alawy Shihab

 

Ansor Mesir

Admin Website Ansor Mesir

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA