Antara Agama dan Sains

waktu baca 5 menit
Jumat, 10 Mar 2023 09:16 0 17 Ansor Mesir

 

ansormesir.org-Islam adalah agama yang sangat menganjurkan umatnya untuk mengerahkan segala kemampuannya dalam menggunakan akalnya serta memikirkan segala apa yang ada di alam semesta ini. Hal ini sebagaimana tercantum dalam ayat Al-Qur’an surat ArRahman ayat 33 yang artinya “Hai seluruh jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah! kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan”.

Dalam ayat tersebut Allah SWT memberikan kesempatan kepada manusia untuk melakukan pemikiran (menggunakan akalnya) dan eksplorasi terhadap alam semesta. Betapa banyaknya ayat yang Allah  turunkan kepada manusia supaya manusia berpikir dan mengamati hal-hal yang terjadi di sekitar mereka. Dari berpikir dan mengamati keajaiban yang Allah ciptakan dapat menjadi suatu ibadah yang ditujukan, selain untuk memahami rahasia alam, juga demi masa depan kehidupan manusia.

Akan tetapi di dalam prakteknya, kehidupan dunia modern telah menempatkan ilmu pengetahuan umum atau sains pada posisi yang terpisah dari agama. Sehingga ilmu pengetahuan seringkali lepas dari nilai-nilai religius, bahkan seringkali terjadi dikotomi antara ilmu agama dan sains. Padahal, agama dan sains merupakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan yang tidak bisa dipisahkan.

Tak bisa dipungkiri, kemajuan umat Islam di zaman dahulu tidak bisa lepas dari penguasaan para ulama akan pengetahuan umum seperti sains. Siapa sangka, banyak bermunculan ulama cendekiawan muslim terkenal di zaman tersebut seperti contoh; Ibnu Sina, yang merupakan seorang filsuf dan dokter yang terkenal di dunia medis. Ia bahkan dijuluki sebagai Bapak Kedokteran Modern. Dua karyanya yang paling berpengaruh adalah ensiklopedia filsafat Kitab al-Shifa’ (The Book of Healing) dan The Canon of Medicine. Keduanya kini dipakai sebagai standar ilmu medis di seluruh dunia. Dan juga ulama-ulama lain seperti: Al Khawarizmi (Penemu Aljabar & Ahli Astronomi), Ibnu Al Haytam (Bapak Optik Modern) dan masih banyak lagi. Mereka menjadi penemu dalam bidangnya masing-masing dan bahkan karya-karyanya menjadi rujukan sampai sekarang.

Atau jika kita lihat salah satu ulama di zaman sekarang yaitu Maulana Syekh Yusri Rusydi Jabr al-Hasani yang merupakan salah satu ulama dan Syekh Al-Azhar Mesir. Sekaligus juga Mursyid Tarekat Yusriyyah Shiddiqiyyah Syadziliyyah. Sehingga bisa dikatakan bahwa disamping beliau merupakan seorang ulama, beliau juga merupakan dokter ahli bedah. Ini merupakan salah satu contoh di zaman sekarang.

Meniti dari masa ke masa, kemajuan Islam di zaman dahulu kemungkinan besar disebabkan karena pada zaman dahulu tidak ada dikotomi antara ilmu pengetahuan umum maupun agama, sehingga para cendekiawan muslim diberikan keleluasaan untuk mengkaji ilmu dan tidak terbatas dalam ilmu agama saja. Hal tersebut yang menjadi faktor betapa majunya umat manusia di zaman tersebut disertai muncul banyaknya ulama-ulama terkenal di zaman tersebut pula.

Berbeda halnya dengan yang terjadi di zaman kita sekarang ini, banyak yang beranggapan bahwa bagi yang mendalami ilmu-ilmu agama, merasa bahwa ilmu-ilmu agama jauh lebih penting dari pada ilmu-ilmu umum, lantaran menurut mereka hanya ilmu agama yang mengarahkan hidup manusia. Sebaliknya, bagi yang menekuni ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi menganggap ilmu-ilmu umum itu lebih bermanfaat secara nyata dari pada ilmu-ilmu agama, karena sains memudahkan manusia mencapai kebutuhan dan keinginannya. Ini pemikiran keliru yang banyak sekali terjadi di zaman sekarang. Padahal jika kita lihat salah satu faktor kesuksesan umat di zaman dahulu adalah kemajuan ilmu pengetahuan, yang bukan terbatas pada pengetahuan agama maupun sebaliknya.

Jika kita berkaca melihat bangsa kita, Indonesia mempunyai jumlah doktor sekitar 75.000, itupun 80% nya merupakan doktor dalam bidang hukum, agama dan ekonomi. Jumlah ini sangat sedikit dibandingkan negara lain seperti: India (600.000), Cina (800.000) mengingat populasi bangsa kita yang banyak.[1] Sedangkan di sisi lain, bangsa lainnya sedang sibuk-sibuknya melakukan perkembangan dalam ilmu pengetahuan seperti sains dan teknologi, sedangkan bangsa kita sibuk meributkan masalah agama, berselisih karena masalah hukum dan masih bertikai karena masalah ekonomi.

Agama dan sains merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan; sains merupakan bukti dari agama dan agama adalah dasar sains sendiri. Kita dapat melihat bagaimana sains dapat membuktikan firman Allah SWT yang ada di dalam Al Qur’an, seperti contohnya adalah penemuan Albert Einstein pada awal abad 20 yang berhasil menemukan teori relativitas waktu. Teori ini menjelaskan bahwa waktu ditentukan oleh massa dan kecepatan serta waktu dapat  berubah sesuai dengan keadaannya. Penemuan ini membuktikan firman Allah SWT di dalam Al Qur’an yang berbunyi: “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS As Sajdah:5).

Dan masih banyak lagi pembuktian ilmiah firman Al-Qur’an yang terjadi di dalam kehidupan kita. Oleh karenanya, jika kita meyakini sains sebagai pembuktian ilmiah dari agama itu sendiri, bukan tidak mungkin nantinya keimanan (tauhid) kita, semakin kokoh? karena keagungan ciptaannya dan kebenaran dari Al-Qur’an yang merupakan mukjizat yang tak lekang dengan zaman. Dengan demikian sebuah keniscayaan bahwa hasil empiris (pembuktian) sains, dapat menguatkan keimanan (tauhid) seseorang.

Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita mengintegrasikan keduanya,  seorang ulama yang paham agama namun tak melupakan ilmu umum, lebih baik bukan? Daripada seorang ahli sains yang ia tidak mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupannya sehari-hari. Hal lain yang sering kali menjadi persoalan dan tantangan di zaman kita ini, yang mana korupsi dan kemunduran nilai moral bangsa cukup menjadi bukti dari itu semua. Sudah saatnya kita sebagai umat muslim, kembali meraih masa-masa kejayaan kita, jangan batasi para pemuda-pemuda bangsa. Oleh karenanya mari kita sama-sama bangun pondasi keislaman kita, tidak hanya belajar agama akan tetapi kita juga perlu menguasai ilmu-ilmu umum supaya kita dapat membangkitkan kembali umat muslim dan bangsa kita meraih masa kejayaannya kembali.

Baca juga tulisan menarik lainnya di Rubrik Mimbar dan Selasar ya!

Oleh: Muhammad Iqbal Zia Ulhaq

Editor: Syihabudin Alawy

 

[1] https://tirto.id/jumlah-doktor-di-indonesia-tak-sebanding-jumlah-penduduknya-ckK9 diakses pada 01-03-2022.

Ansor Mesir

Admin Website Ansor Mesir

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA