Menemukan Pondasi Keimanan dalam Isra Mikraj

waktu baca 4 menit
Minggu, 27 Feb 2022 19:00 0 14 Ansor Mesir

Ansormesir.org–Dapat dipastikan bahwa, setiap mukmin mempunyai keinginan untuk mencapai tingkat keimanan yang sempurna. Masing-masing dari mereka pasti sudah mengetahui−bahkan hafal−rukun iman. Dalam salah satu rukun, terdapat rukun yang berbunyi “Beriman kepada para utusan Allah”. Kemudian para ulama memberikan keterangan, bahwa beriman kepada utusan Allah harus disertai dengan rasa iman kepada setiap hal yang dia bawa dan wahyu yang dia terima, terutama hal yang terkait dengan dalâil an-nubuwwah (indikator kenabian).        

Setiap Rasul atau Nabi memiliki dalâil an-nubuwwah, salah satu dalâil an-nubuwwah yang menonjol adalah mukjizat. Dapat diartikan, bahwa mukjizat adalah suatu peristiwa luar biasa, yang keluar dari wilayah hukum kebiasaan manusia, mukijzat ditampakkan oleh Allah pada para utusan-Nya. Untuk dapat disebut sebagai mukjizat, peristiwa tersebut haruslah tidak tertandingi oleh hal lain. Ketidakmampuan hal lain untuk menandingi dan menirunya, disebabkan kekuatan yang meyertai mukjizat telah melemahkannya.

Kita mengetahui bahwa, Nabi Muhamad memilki beberapa mukjizat, di antaranya yakni; Al-Qur’an, membelah bulan, peristiwa isra-mikraj, dan lain sebagainya. Dalam kesempatan ini, saya akan membahas tentang salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW, yaitu isra-mikraj, yang dalam beberapa hari kedepan akan kita peringati dan rayakan.

Peristiwa isra-mikraj adalah peristiwa yang ditampakkan Allah pada Rasul-Nya, baginda Nabi Muhammad SAW. Isra berarti perjalanan yang ditempuh Rasulullah SAW dari Masjidilharam sampai Masjidilaqsa. Sedangkan mikraj berarti perjalanan yang ditempuh Rasulullah SAW dari Masjidilaqsa sampai Sidratulmuntaha.

Peringatan isra-mikraj merupakan perayaan tahunan yang selalu kita rayakan, dan merangkap sebagai wujud rasa syukur kita kepada Allah yang telah menurunkan Nabi Muhammad SAW dan ajarannya kepada kita. Tentunya hal tersebut juga merupakan bukti keimanan kita kepada Nabi Muhammad SAW dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya. Oleh karena itu, perayaan isra-mikraj bukan hanya sekadar perayaan biasa, melainkan momentum untuk memperkuat dan menyempurnakan pondasi-pondasi keimanan yang telah tertancap dalam hati setiap mukmin.

Judul di atas bukanlah judul yang berlebihan, tapi begitulah tema yang diangkat oleh Syekh Habibullah Hasan, salah satu dosen tetap di Fakultas Ushuluddin Al-Azhar. Dalam acara peringatan isra-mikraj yang diselenggarakan di masjid Al-Azhar, beliau menjelaskan bahwa, isra-mikraj adalah momentum yang sangat berharga bagi umat Islam. Perayaan tersebut bukan hanya sekadar perayaan biasa, akan tetapi yang lebih ditekankan para ulama, adalah bagaimana kita bisa membuktikan seberapa besar keimanan dan kecintaan kita terhadap Nabi Muhammad SAW.

Setelah peristiwa ini terjadi, nantinya akan ada dua karakter manusia. Pertama, orang-orang yang bersedia beriman kepada Rasulullah SAW, keimanan tersebut niscaya semakin kuat dan kokoh. Hal itulah yang terjadi pada manusia terbaik setelah wafatnya Rasulullah SAW, ya, sayyidinâ Abu Bakar Ash-Shiddîq. Kedua, orang-orang yang ingkar terhadap peristiwa tersebut, seperti yang tergambar dalam diri seorang Abu Jahal.

Lebih lanjut, Syekh Habibullah mencoba memantik pikiran hadirin. Beliau menghadirkan satu pertanyaan perihal mengapa di sana terdapat orang-orang yang ingkar terhadap peristiwa mulia  ini? Lantas beliau menjawab pertanyaan itu. Orang-orang yang ingkar terhadap peristiwa isra-mikraj adalah orang-orang yang meragukan hal itu terjadi kepada manusia, dan mereka berasumsi bahwa, kejadian tersebut tidak masuk akal. Di samping itu, mereka adalah orang-orang yang terkagum-terkagum terhadap kekuasaan Allah yang penuh dengan keajaiban, dan keajaiban itu tak sekali-pun terjadi dalam realitas kehidupan mereka. Kemudian Syekh Habibullah memperingatkan hadirin, “Jangan sampai ragu terhadap peristiwa isra-mikraj, kalian harus ingat dan menghayati firman Allah ini”

فَاَمَّا الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاۤءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاۤءَ تَأْوِيْلِهِ

Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya”.

Orang-orang ingkar di atas, kemudian menjustifikasi bahwa peristiwa isra-mikraj adalah halusinasi belaka, bukan realitas. Syekh Abbas Syauman, mantan rektor Al-Azhar juga menyebutkan bahwa, para ulama bersepakat, peristiwa isra-mikraj bukanlah halusinasi, melainkan realitas yang sungguh terjadi dalam perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW.

Menurut beliau, justifikasi yang keliru, berpotensi melahirkan dampak negatif terhadap Islam, karena jika tidak segera ditegur dan dibenarkan, tidak menutup kemungkinan bahwa justifikasi tersebut lambat laun akan menghancurkan tiang-tiang agama. Jadi, selayaknya setiap mukmin harus mampu menjawab praduga-praduga yang merongrong kekuatan dan keutuhan agama Islam.

Semoga sedikit tulisan ini mampu membuka mata kita untuk mengulas ulang kisah isra-mikraj. Kemudian memahami pendapat para ulama yang telah menjelaskan persoalan-soalan seputar peristiwa ini.

Peringatan isra-mikraj merupakan perayaan tahunan yang selalu kita rayakan, dan merangkap sebagai wujud rasa syukur kita kepada Allah yang telah menurunkan Nabi Muhammad SAW dan ajarannya kepada kita. Tentunya hal tersebut juga merupakan bukti keimanan kita kepada Nabi Muhammad SAW dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya

 

Penulis: Syafil Umam (Wakil ketua Bidang Keilmuan dan Ideologi PC GP Ansor Republik Arab Mesir)

Editor: M. Yusron Wafi

Baca juga Essai, Opini dan Sastra dalam rubrik Selasar. Lihat artikel tentang Aswaja, dalam rubrik Mimbar.

Ansor Mesir

Admin Website Ansor Mesir

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA