Menyoal Kepanitiaan Masisir

waktu baca 4 menit
Senin, 21 Nov 2022 13:45 0 7 Ansor Mesir

 

ansormesir.org-Kehidupan Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir) tidak pernah vakum dari kegiatan. Beraneka ragamnya kegiatan yang diadakan oleh masisir, membuat masisir tak dapat terlepas dari kepanitiaan dalam suatu organisasi. Dari kepanitiaan yang bersifat insidental, olahraga, akademis, dan kepanitiaan lain yang merupakan buah dari proker suatu organisasi. Berangkat dari keresahan saya saat melihat begitu banyaknya kepanitiaan yang berjalan saat ini, saya tertarik untuk mempertanyakan kepanitiaan yang diadakan oleh masisir.

Mulai dari kepanitiaan yang diadakan Persatuan Pelajar dan Mahasiswa (PPMI) Mesir, almamater, afiliatif, kekeluargaan, hingga adanya kepanitiaan yang terbentuk tanpa adanya lembaga pelindung yang diketahui masisir secara umum. Semuanya dijalankan oleh sekelompok mahasiswa. Memang semua kepanitiaan yang dibentuk oleh mahasiswa tentu didasari maksud dan tujuan positif, akan tetapi banyak risiko dan dampak negatif yang kadang luput dari perencanaan masisir itu sendiri.

Dari banyaknya permasalahan yang terjadi di kepanitiaan, saya coba mengumpulkan informasi dan sumber permasalahan dari para pengurus kepanitiaan lalu coba menganalisisnya. Dari banyak permasalahan yang saya coba analisis, ternyata menghasilkan 2 permasalahan umum dalam sebuah kepanitiaan masisir yang hampir terjadi di semua kepanitiaan yang ada.

Pertama, kepanitiaan yang dilakukan hanya untuk menggugurkan program kerja suatu organisasi. Suatu organisasi merencanakan begitu banyak program kerja demi kemaslahatan anggotanya agar tercapainya kesuksesan kabinetnya pada saat itu. Akan tetapi, apakah hanya dengan program kerja yang banyak organisasi dikatakan sukses? Seharusnya kualitas dari program kerja lebih diutamakan dibandingkan kuantitas program kerja tersebut. Seperti mengutamakan program kerja yang lebih bersifat kontinu dan berdasarkan keresahan serta aspirasi masyarakat, dibanding program kerja yang hanya bersifat ceremony saja.

Fenomena umum yang terjadi di hampir semua kepanitiaan selanjutnya adalah kurangnya anggaran dalam pelaksanaan program kerja tersebut. Apabila kekurangan dana hanya 20% dari rancangan panitia mungkin dapat dimaklumi. Akan tetapi, faktanya banyak kepanitiaan yang pada awal mula pembentukannya saja, dana yang tersedia bahkan tidak sampai 50% dari rancangan anggaran panitia. Imbasnya, kepanitiaan yang dibentuk dituntut untuk mencari dana tambahan guna menutupi kekurangan anggaran yang ada, agar program kerja dapat berjalan dengan semestinya. Adapun pengorbanan yang dilakukan oleh panitia dari ongkos, uang makan ketika rapat, dan lain sebagainya yang jumlahnya kadang tidak sedikit luput dari pihak panitia itu sendiri, sehingga bukan hanya berkorban malah jadi korban pula.

Fenomena ini tentu telah menyeleweng dari faham organisasi itu sendiri, yang dimana organisasi harusnya sudah merencanakan dan mempertimbangkan rasionalnya suatu program kerja sebelum program kerja itu disahkan. Menurut Victor A. Thompson, seorang profesor dan juga pakar politik dari Australia menyebutkan bahwasanya organisasi itu merupakan suatu kelompok yang berisi para ahli yang bekerjasama dengan rasional dan impersonal untuk mencapai tujuan yang spesifik dan telah disepakati sebelumnya. Tentu hanya orang gila yang berperang dengan senjata api tak berpeluru.

Permasalahan terkait anggaran ini pun juga berdampak pada unit usaha yang didirikan oleh para masisir. Berubahnya tujuan awal didirikannya unit usaha guna membantu perekonomian mahasiswa yang kurang mampu, berakhir menjadi penerima tumpukan proposal dari setiap kepanitiaan yang bisa saja datang banyak dalam waktu yang bersamaan. Maka dari itu, para petinggi organisasi harusnya lebih kritis lagi dalam merencanakan kualitas dari pada kuantitas program kerjanya dan mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan, terkhusus anggaran yang ada sebelum program kerja diputuskan.

Kedua, kurangnya kaderisasi dalam organisasi. Sudah menjadi perbincangan umum para mahasiswa baru (maba), mengenai permintaan kepada mereka untuk menjadi anggota ataupun ketua dari suatu kepanitiaan oleh seniornya, hingga mucul statement “Maba Budak Panitia”. Minimnya pengalaman, informasi, dan keberanian untuk menolak, membuat maba mudah diajak untuk masuk ke dalam kepanitiaan ataupun organisasi. Hal ini diperparah dengan keidealisan para petinggi di beberapa organisasi yang ingin selalu beda dan lebih dari pendahulunya. Sehingga program kerja yang telah dilaksakan dahulu, tidak diperdulikan dan menggebu-gebu dalam membuat program kerja baru. Di samping itu, ada rasa ketidakpekaan para pengurus lama yang tidak terjun lagi ke kepengurusan setelahnya menjadi salaf satu faktornya juga. Terlebih lagi, fenomena yang terjadi akan hal ini ialah minimnya peserta yang ikut saat Open Recruitment (Oprec) di beberapa kepanitiaan. Dari sepinya calon pengurus yang mendaftar, sehingga solusi yang diambil ialah meminta maba untuk ikut andil.

Salah satu imbasnya ialah maba, dengan rasa ketidakenakannya terhadap teman ataupun senior yang mengajaknya, mereka akhirnya pun masuk ke kepanitiaan dan menanggung beban yang seharusnya tidak mereka tanggung. Karena saat Orientasi Mahasiswa Baru (ORMABA PPMI) saja sudah dikemukakan tentang tujuan utama di sini adalah belajar. Namun faktanya mereka yang belum tahu cara belajar, malah dipaksa untuk mengetahui perihal kepanitiaan.

Dari dua pemasalahan umum yang telah dipaparkan, memang tidak ada referensi akurat (sepengetahuan saya) terhadap hal ini. Kedua masalah ini muncul dari keresahan atas pengalaman saya pribadi dalam suatu kepanitiaan dan juga perbincangan dari para mahasiswa. Dari permasalahan yang ada tentunya perlu dipertanyakan urgensi suatu kepanitiaan yang belum jelas persiapan dan arah tujuannya. Karena organisasi maupun kepanitiaan mahasiswa ada untuk mahasiswa berlatih dalam administrasi, mengemukakan pendapat, kritis dalam masalah, dan bisa menghargai orang lain.

Oleh : M. Fachri Depari

Editor : M. Syihabudin Alawy

Baca juga esai kami lainnya di Rubrik selasar dan mimbar ,ya!

Ansor Mesir

Admin Website Ansor Mesir

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA