ansormesir.org-Kalau Nabi Muhammad SAW diibaratkan sebuah sumber air yang masih jernih, dan generasi setelahnya diibaratkan sungai yang mendapat aliran air dari beliau, maka bisa dikatakan, bahwa generasi kita sekarang airnya sudah keruh. Karena sudah tercampur banyak hal-hal negatif. Hal ini juga senada dengan sebuah hadis sahih Rasulullah, di mana dikatakan bahwa masa yang paling baik adalah masaku (masa kenabian), kemudian diikuti masa-masa setelahnya.
Kekeruhan ini terbukti dengan maraknya hal-hal negatif, yang pada masa sekarang terlihat biasa saja, seakan perkara itu menjadi hal yang biasa. Padahal jika kita telaah dan bandingkan dengan cerita-cerita para sahabat Nabi serta para ulama dahulu, hal tersebut sangat bertentangan dengan aturan mainnya. Salah satu yang paling sering terjadi adalah kebanggaan akan dosa sendiri.
Praktiknya, ketika kita sedang berkumpul, tak jarang kita membicarakan aib masing-masing. Misalkan, ada yang menyeletuk “duh, aku lupa belum salat subuh tadi,” kemudian salah satu teman menyahut “halah, aku malah sudah 3 hari gak salat subuh”. Begitu seterusnya. Saya juga sering menemui hal serupa, dalam hal puasa. Biasanya ada yang curhat, kalau baru saja mokel (berhenti puasa sebelum waktu magrib tiba), namun bukannya menasihati, terkadang teman-temannya malah ikut-ikutan sumbar. Saling bersaing siapa yang paling banyak bolong puasanya. Seakan mereka bangga dengan pembatalan puasa tersebut.
Hal yang tak kalah menarik adalah masalah cinta anak-anak muda. Tentu kita semua tahu, bahwa banyak dari mereka yang menjalin hubungan dengan lawan jenis. Baik itu hubungan yang benar-benar serius, maupun yang hanya bermain-main saja; sekadar menikmati masa remaja. Ada dari mereka yang diam-diam saja, tidak pernah menunjukkan pasangannya kepada siapapun. Namun tak jarang juga dari mereka yang sering mengumumkan pasangannya di media sosial. Bahkan dengan bangganya, mereka menunjukkan pacarnya tersebut, yang kalau dipikir-pikir, sebenarnya juga belum tentu menjadi istri/suaminya kelak.
Kemudian, ketika kita lihat dari kaca mata agama, tentu hal tersebut dianggap tidak baik. Karena pandangan mazhab Syafii, melihat perempuan bukan mahram (tanpa hajat), hukumnya haram, apalagi sampai ikhtilath (berduaan di tempat sepi), lalu kegiatan yang dilakukakn di tempat itu mereka posting di media sosial. Kalau kita telaah lebih jauh lagi, sebenarnya kegiatan memposting hal-hal haram tersebut menunjukkan, bahwa pelakunya bangga dengan kesalahan dan dosa yang diperbuat, serta tidak merasa bersalah.
Dalam hal ini, saya mengutip sebuah hadis Rasulullah yang berbunyi
كُلُّ أُمّتِيْ مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِيْنَ
Artinya, “semua umatku akan diampuni, kecuali orang-orang yang menampakkan.“
Maksud dari menampakkan adalah menunjukkan dosa dan kesalahan kepada orang lain. Karena ketika Allah sudah menutup aib mereka, malah mereka sendiri yang mengumbarnya, dengan bangga dan tanpa rasa bersalah.
Dalam hadis tersebut, disampaikan dengan jelas, bahwa kita sebagai muslim dianjurkan untuk menutup aib kita. Bahkan ada ancaman, orang-orang yang menampakkan dosa serta kesalahannya, tidak akan diampuni dosanya. Memang, dalam Al-Qur’an ada ayat yang mengatakan bahwa Allah akan mengampuni semua dosa kecuali syirik, namun bangga dengan dosa dan tidak merasa bersalah karena telah menampakkan dosa itu, secara tidak langsung akan menghambat atau bahkan mempersulit dosa kita diampuni Allah. Bagaimana mau diampuni, jika kita saja bangga dengan dosa tersebut, dan tidak merasa bersalah ?.
Sebagaimana yang saya sampaikan di awal, generasi sekarang ini ibarat aliran air yang sudah keruh. Sudah sangat jauh dari zaman Rasulullah. Maka dari itu, mari kita jaga generasi ini, agar tidak semakin keruh. Sebisa mungkin kita ingatkan orang di sekitar, agar senantiasa mengikuti ajaran-ajaran Islam yang benar, dan menjauhi budaya atau ajaran-ajaran yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Sebagai kesimpulan, saya ingin menyampaikan, bahwa kita semua memang tak luput dari dosa. Namun, kita bisa mengatur, dosa tersebut biarlah menjadi rahasia kita dengan Allah.. Semoga kita semua senantiasa diberikan taufik oleh Allah dalam menjalani segala kebaikan, dan senantiasa ditutup segala aib, serta diampuni segala dosa dan kesalahan kita. Aamiin
Oleh : Sahabat Mukhlis Tajuddin
Editor: Sahabat Syafil Umam
Tertarik dengan tulisan seperti ini ? baca Rubrik Selasar dan Mimbar juga ya!
Tidak ada komentar