Kemenangan Kesebalasan Saudi atas Argentina; Benarkah Pertolongan Allah Kepada Muslim atas Kafir?

waktu baca 7 menit
Kamis, 24 Nov 2022 22:42 0 14 Ansor Mesir

Selasa 22 November 2022, menjadi hari bersejarah  bagi Arab Saudi. Tim sepak bola yang tak pernah menjadi unggulan dalam gelaran piala dunia ini, secara mengejutkan mengalahkan Argentina dengan skor 2-1. Tim sepak bola Argentina sendiri, termasuk tim dengan skuad yang mentereng. Di dalamnya terdapat Lionel Messi, sang pemenang penghargaan FIFA Ballon D’or sebanyak 7 kali, Paulo Dybala, Angel Di Maria, Lautaro Martinez dan masih banyak pemain bintang lainnya. Sementara itu, skuad timnas Arab Saudi dihuni oleh pemain-pemain yang bermain di liga lokal dan beberapa pemain yang bermain di liga negara Arab yang lain.

Pada hari kemenangan timnas Arab Saudi atas Argentina, yakni hari Selasa 22 November 2022, pemerintah Arab Saudi sengaja memberikan jam kerja lebih singkat kepada pegawai negeri Arab Saudi (pulang lebih awal daripada biasanya,ed.). Bahkan, pemerintah Arab Saudi menetapkan hari Rabu 23 November 2023 sebagai libur nasional menyusul kemenangan timnas Arab Saudi atas Argentina. Sementara itu warga dunia banyak mengapresiasi kemenangan timnas Saudi. Pertandingan tersebut tampaknya benar-benar menjadi perhatian, baik dari warga dan pemerintah Arab Saudi maupun warga dunia.

Secara lebih spesifik, netizen muslim−khususnya−yang berasal dari Indonesia menyanjung timnas Arab Saudi. Tak sedikit dari mereka yang mengungkapkan kebahagiaannya dengan ungkapan-ungkapan agama, seperti alhamdulillah dan Allahuakbar. Sebagian mereka juga menganggap kemenangan ini merupakan efek dari kebiasaan umat muslim yang selalu merapatkan saf saat salat. Sehingga membuat barisan pertahanan timnas sepak bola Arab Saudi tampak rapi dan disiplin. Bahkan, sebagian lagi mengungkapkan bahwa kemenangan Arab Saudi atas Argentina disebabkan oleh pertolongan Allah. Memang, kebanyakan ekspresi mereka dibarengi dengan emotikon tersenyum dan tertawa, yang menandakan itu hanyalah candaan belaka. Namun benarkah kemenangan Arab Saudi atas Argentina merupakan pertolongan Allah kepada muslim atas kafir?

Saya akan mencoba mengulasnya dari sudut pandang teologi. Sebagai seorang muslim, tentu kita meyakini, segala sesuatu terjadi atas qudrah dan iradat Allah SWT. Namun, yang menjadi perdebatan adalah, apakah hal itu mutlak telah ditetapkan oleh Allah? Atau manusia bebas dan independen dalam berbuat dan menentukan tindakan dan/atau perbuatannya?

Dalam pembahasan teologi, hal ini masuk ke dalam sub bab bertajuk af’âlul ‘abd atau perbuatan-perbuatan hamba. Sebagian umat muslim berpendapat, bahwa segala hal yang terjadi merupakan takdir yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, manusia sama sekali tidak memiliki kuasa dan ruang untuk berbuat sesuatu. Kelompok inilah yang dikemudian hari dinamakan dengan kelompok Jabbariyyah. Konsekuensi dari keyakinan mereka adalah, bagaimana jika terjadi kezaliman di atas muka bumi ini? Apakah itu juga atas kehendak dan kuasa Tuhan? Sementara, kelompok muslim lain yang dinamai dengan Qadariyyah meyakini bahwa manusia bebas dan independen dalam berbuat. Kelompok ini lahir dari usaha-usaha untuk membersihkan Allah dari tuduhan-tuduhan bahwa Allah melakukan kezaliman. Tapi benarkah manusia bebas dan independen dalam berbuat? Jika benar demikian, mengapa ada hal-hal yang tak bisa dijangkau manusia? Dan di manakah kuasa Tuhan?

Asy’ariyyah, sebuah kelompok ideologi dalam Islam, dalam menjelaskan perbuatan-perbuatan hamba, mengklasifikasikan persoalan tersebut menjadi dua: Pertama, musayyar (perbuatan-perbuatan yang tidak dapat dikontrol oleh manusia. Atau dalam bahasa lain, manusia tidak memiliki ruang untuk mengontrolnya, seperti jantung yang berdetak dan darah yang mengalir melalui pembuluh darah. Kedua, mukhayyar (perbuatan-perbuatan yang dapat dikontrol oleh manusia, seperti berjalan, bekerja, makan, dan berlatih). Selanjutnya, kelompok Asy’ariyyah menambahkan, bahwa segala hal yang terjadi di alam semesta merupakan qudrah dan iradat Allah SWT. Namun dalam perbuatan mukhayyar, manusia memiliki ruang untuk melakukan usaha. Istilah yang digunakan untuk mengungkapkan usaha manusia adalah al-kasb. Contohnya, Allah telah menetapkan rezeki untuk manusia, hal itu sesuai dengan kehendak Allah SWT. Namun kita memiliki ruang untuk mengupayakan rezeki tersebut dengan cara bekerja dan mendapatkannya.

Dalam pembahasan sifat qudrah Allah SWT, ada satu pembahasan yang dinamakan dengan al-umûr al-‘âdiyah (kebiasaan). Misalnya, api itu panas, es itu dingin, yang bersungguh-sungguh akan berhasil, yang belajar akan pandai, dsb. Kebiasaan-kebiasaan tersebut masih berada di bawah kekuasaan Allah, artinya Allah berkuasa menjadikan api menjadi dingin, seperti yang terjadi pada mukjizat Nabi Ibrahim AS. Demikian juga Allah berkuasa untuk menggagalkan orang yang telah bersungguh-sungguh atau tidak menjadikan pandai orang yang telah belajar. Meski demikian, Allah tidak bisa dianggap zalim karena menggagalkan orang yang bersungguh-sungguh, atau tidak menjadikan pandai orang yang telah belajar. Karena zalim secara sederhana, adalah orang yang menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya, atau orang yang melanggar aturan. Sedangkan tidak ada satu pun aturan yang berlaku untuk Allah SWT. Karena Ia merupakan zat yang Maha Tinggi dan Maha Kuasa, tidak ada sesuatu/seseorang yang berkuasa untuk mengatur-Nya.

Jika kita menganggap kemenangan timnas sepak bola Arab Saudi atas timnas sepak bola Argentina adalah kemenangan Islam atas kafir, maka bagaimana dengan nasib timnas sepak bola Qatar yang kalah dengan skor 2-0? Terlebih, bagaimana dengan Iran yang dibantai Inggris dengan skor 6-2? Apakah Tuhan mempermalukan hamba-hambanya?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, tentu kita tak bisa sekonyong-konyong menyatakan bahwa kemenangan Arab Saudi atas Argentina adalah murni dan mutlak pertolongan dari Allah SWT, sebagaimana yang diyakini oleh kelompok Jabbariyyah. Akan tetapi kita bisa menganggapnya sebagai usaha timnas Arab Saudi, yang lebih baik daripada timnas Argentina, yang kemudian sesuai dengan qudrah dan iradat Allah SWT. Sebagai bukti dari hal ini, saya akan menuliskan statistik dan analisis mengenai pertandingan tersebut.

Di atas kertas, Argentina mencatatkan 70% penguasaan bola. Sedangkan Arab Saudi hanya menguasai 30% penguasaan bola sepanjang pertandingan. Sayangnya, pelatih Arab Saudi (H. Renard) memasang garis pertahanan yang tinggi, sehingga, meskipun Argentina banyak menguasai bola tapi build up permainan mereka harus dimulai dari wilayah home third. Selain itu, meski menguasai bola lebih banyak, Argentina hanya−banyak−memainkan bola di tengah lapangan. Secara praktis, Argentina hanya memiliki opsi mengirimkan umpan-umpan terobosan. Namun hal itu mampu diatasi dengan baik oleh barisan pertahanan timnas Arab Saudi.

Pemain belakang Arab Saudi berhasil menjebak para penyerang Argentina masuk ke dalam jebakan offside mereka. Tercatat 10 kali pemain Argentina melewati garis offside. Bahkan tiga gol di babak pertama pun dianulir oleh wasit karena offside. Sebuah strategi yang cerdas dari H. Renald yang berhasil diterapkan dan dipraktikkan oleh anak asuhnya.

Selain itu, Arab Saudi menerapkan permainan keras. Sehingga permainan yang telah dibangun oleh kesebelasan Argentina harus berhenti dan dimulai dari awal lagi. Tercatat, Arab Saudi melakukan 21 pelanggaran. Hal ini dinilai cukup efektif untuk menggagalkan build up dari Argentina.

Dari sisi penyerangan, sebenarnya Argentina berhasil menembakkan bola sebanyak 15 kali ke arah gawang Arab Saudi. Namun jika diteliti lagi, ternyata Argentina hanya berhasil melesatkan lima tembakan dari open play, sembilan dari tendangan bebas dan satu dari titik putih. Ini menunjukkan bahwa serangan Argentina tidak cukup efektif. Berbanding terbalik dengan Arab Saudi yang hanya tercatat melakukan dua tembakan ke gawang Argentina. Namun dua-duanya berhasil dikonversikan menjadi gol. Masing-masing oleh Saleh Ash-Sheshri di menit ke-48, dan Salem Al-Dawsari di menit ke-53.

Keunggulan postur pemain belakang Arab Saudi yang lebih tinggi ketimbang pemain depan Argentina berhasil dimanfaatkan dengan baik. Di babak kedua, beberapa umpan lambung yang dikirim dari pinggir lapangan tak disambut oleh striker dari Argentina. Alhasil, di babak kedua tak ada satu pun gol yang tercipta oleh Argentina. Setelah menit ke-70, Arab Saudi mulai menerapkan pertahanan garis dalam, dan bermain dengan 5 bek. Praktik ini membuat permainan Argentina semakin buntu. Sekali lagi, ini memang strategi yang benar-benar efektif dari H. Renard.

Ditambah lagi penampilan ciamik dari kiper timnas Arab Saudi (Mohammed Al-Owais) yang berhasil mencatatkan lima penyelamatan krusial untuk Arab Saudi. Tak hanya itu, ia terpilih sebagai man of the match sekaligus memegang rekor penyelamatan terbanyak sepanjang gelaran piala dunia tahun 2022, sejauh ini.

Dari analisis dan statistik di atas, agaknya menjadi kurang bijak, apabila kita menganggap kemenangan Arab Saudi merupakan hadiah cuma-cuma dari Tuhan. Karena nyatanya, penampilan apik mereka cukup untuk dihitung sebagai al-kasbu sebagaimana yang diyakini oleh kelompok Asy’ariyyah.

Penulis: Muhammad Burhanul Umam

(Mahasiswa prodi Tafsir tingkat 4, Fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar)

Editor: M. Yusron Wafi

Ansor Mesir

Admin Website Ansor Mesir

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA