Ansormesir.org–Akhir-akhir ini, dunia maya dihebohkan oleh beberapa pemuka agama yang melakukan tindakan non-proporsional. Mereka memanfaatkan kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada mereka untuk berbuat kemungkaran; menipu masyarakat itu sendiri. Mereka menipu dengan tujuan memperkaya diri, memperbanyak pengikut, dan memuaskan hawa nafsu, tentu hal ini menjadi ironi. Sebagian dari mereka menipu masyarakat dengan sulap, ilusi, sugesti, dan sebagainya, lalu mereka muncul di tengah-tengah masyarakat dan mendeklarasikan bahwa dirinya adalah orang jaduk, pemilik karamah, atau semacamnya. Kemudian masyarakat yang cenderung menyukai hal-hal mistis benar-benar menjadi ladang subur untuk menanam benih penipuan semacam ini, apalagi segala sesuatu yang dibungkus dengan agama, acapkali berhasil mendapat atensi positif dari masyarakat. Walhasil, masyarakat semakin mudah tertipu, terjerumus dalam sengsara, dan akhirnya meratapi nasib di liang angkara.
Sebenarnya, antara sulap atau sihir dengan karamah terdapat beberapa perbedaan yang mencolok. Menurut Syekh Mahmud Abu Daqîqah dalam karyanya al-Qaul as-Sadîd, salah satu perbedaan antara karamah dengan sulap atau sihir adalah; karamah itu sebuah keajaiban yang muncul hanya dari seorang wali yang mengajak kepada jalan Allah, bukan pelaku maksiat apalagi pencari keuntungan pribadi. Karamah tidak dapat dipelajari oleh sembarang orang, apalagi oleh orang yang ingin mencari perhatian masyarakat atau bertujuan memperkaya diri; dengan meminta mahar atau sedekah, atau bahkan mengajak orang lain untuk menabrak larangan syariat. Sedangkan sulap atau sihir sendiri adalah perkara yang dapat dikuasai lantaran pembelajaran, bahkan hal semacam itu ada yang tidak membutuhkan keahlian khusus, hanya bermodalkan membeli alat-alat di toko sulap atau kedai dukun, seperti keris petir, telur koclak, jenglot mata merah, dan lain sebagainya. Intinya semua hal tersebut dapat dilakukan oleh semua orang yang mengetahui trik-triknya, baik orang itu saleh atau fasik.
Adapun perbedaan selanjutnya yaitu karamah. Karamah merupakan sesuatu yang benar-benar khâriq lil ‘âdah (berbeda dengan aturan kebiasaan manusia), sementara sulap, sihir dan sebagainya tidak termasuk sesuatu yang khâriq lil ‘âdah, hanya saja tampak seperti khâriq lil ‘âdah. Baik sulap maupun sihir sebenarnya bukan sesuatu yang musykil, hal tersebut sebenarnya hanyalah perkara biasa, terjadi karena ketentuan Allah dan dijalankan dengan teori sebab-akibat, hanya saja teori tersebut tidak diketahui oleh orang-orang yang tidak mendalaminya. Salah satu contohnya adalah ilmu kebal dan rawa rontek, kedua ilmu tersebut bukanlah perkara yang khâriq lil ‘âdah, melainkan ilmu yang dapat dipelajari untuk dipertontonkan di acara debus atau acara tertentu. Contoh lainnya adalah ramalan nasib, hipnotis, dan tebak-tebakan, hal-hal tersebut pada dasarnya tak lebih dari sekadar permainan dengan menanamkan sugesti pada jiwa manusia. Bahkan di zaman modern seperti sekarang, penjelasan mengenai hal-hal tersebut bisa diakses dengan sangat mudah di berbagai platform media sosial, seperti Youtube, Instagram, atau semacamnya.
Perbedaan yang lain antara karamah dan sihir atau sulap adalah; baik sihir maupun sulap hanya berdampak kepada orang-orang yang dipengaruhi saja, sementara bagi orang yang tidak tersugesti atau tidak terpengaruhi efeknya tidak bekerja. Salah satu contohnya adalah ilmu tidak mempan dipukul atau perisai batin, dimana orang yang menggunakan ilmu ini menagatakan bahwa dirinya tidak dapat dipukul, padahal ia hanya tidak mempan dipukul oleh muridnya atau orang yang sudah terkena sugesti darinya, sementara bagi orang lain yang tidak terkena sugesti darinya masih tetap dapat memukulnya. Dan masih banyak lagi contoh dari sulap yang berpotensi mengibuli khalayak umum. Untuk itu kita harus waspada dan tidak mudah percaya dengan hal-hal baru dan tidak pernah kita lihat sebelumnya.
Maraknya penipuan semacam ini seakan menguak fakta bahwa masyarakat kita masih kekurangan edukasi serta dalam memilah informasi yang benar adanya. Selain itu, tradisi-tradisi klenik yang menyalahi kebenaran juga memberi energi tambahan untuk menyebarluaskan aksi pembodohan terhadap masyarakat. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang tertipu kemudian memeluk erat kepercayaan atau tradisi-tradisi yang konyol tersebut. Padahal Allah SWT sendiri telah mencela orang-orang yang berlindung di balik tradisi demi melestarikan sebuah kebodohan, hal ini terdapat di beberapa tempat dalam Al-Qur’an salah satunya dalam surah Al-Baqarah ayat 170 yang berbunyi:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱتَّبِعُوا۟ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ قَالُوا۟ بَلْ نَتَّبِعُ مَآ أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَنَآ ۗ أَوَلَوْ كَانَ ءَابَآؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْـًٔا وَلَا يَهْتَدُونَ
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” Mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”
Ayat di atas menjelaskan kebodohan orang-orang kafir yang tetap bersikukuh memeluk tradisi, serta ajaran-ajaran nenek moyang mereka. Meskipun nenek moyang mereka bukanlah orang yang benar dan diberi petunjuk. Oleh karena itu, sebisa mungkin edukasi tentang hal-hal yang baru harus segera digalakkan atau direstorasi kembali. Begitu juga tradisi-tradisi yang nyeleneh dan tidak sesuai aturan agama atau kemasyarakatan harus segera diluruskan; demi menjaga stabilitas masyarakat, dan menyukseskan cita-cita bersama; sejahtera dan sentosa. Wallahu a’lam.
Penulis: Gelar Washolil Autho’
Tidak ada komentar